GpriGpY8TUW8TSCpTpA7BUAiTi==

RATU SAMBAN, SEJARAH SINGKAT PAHLAWAN RAKYAT YANG MERAKYAT DI BENGKULU UTARA


    Cagar Budaya Makam Ratu Samban

ELEMEN RAKYAT.COM - Mardjati atau yang dikenal dengan Ratu Samban mungkin banyak yang belum mengenal atau Lupa dengan sosoknya. Gelar pahlawan anak negeri atau Pahlawan Nasional sudah selayaknya disematkan kepada tokoh Bengkulu yang satu ini, ia merupakan pahlawan yang gagah dan berani membela rakyat Bengkulu Utara dalam melawan Penjajah Belanda Pada Saat itu Hingga Tahun 1874.

Bahkan, pemerintah kolonial Belanda terus memburu Ratu Samban, sejak peristiwa gugurnya dua pejabat kolonial pada tahun 1873, yakni H.Van Amstel dan E.E Castens serta empat orang depati Negeri Sembilan, Yang akan menyeberangi Sungai Bintunan menggunakan rakit dari bambu.

Pada Saat itu salah satu depati ialah Mardjati, dan dengan menggunakan parang tajam Ratu Samban berhasil melakukan pembantaian terhadap dua pejabat kolonial ini, Peristiwa ini bahkan disaksikan ratusan warga yang sengaja dikerahkan Mardjati untuk menyambut kunjungan H.Van Amstel dan Kontroleur Castens, yang hendak bermalam di Bintunan.

Namun Kolonial Belanda sendiri tidak mudah untuk memburu pria yang berperawakan besar dengan postur tinggi, dan memiliki rambut panjang terurai. Karena masyarakat sendiri lebih memilih tutup mulut ketika kolonial mencari keberadaannya.

Karena Pada Saat kepemimpinan Ratu Samban yang merakyat dan membaur dengan rakyat, dan selalu memperjuangkan kepentingan rakyat. Sehingga membuat Belanda juga kesulitan membedakan antara pemimpin yang dicari dengan rakyat biasa.

Bahkan ada yang menyebetukan bahwa Marjati memiliki ilmu belut putih, sehingga badannya licin seperti belut ketika akan ditangkap. Bahkan bukan itu saja, Mardjati tidak mempan ditembak atau ditusuk senjata tajam Kolonial Belanda sewaktu membantai Asisten Residen dan Kontoleur di Air Bintunan (Sungai Bintunan). Karena Ini juga yang membuat sosok Ratu Samban menjadi disegani oleh rakyat pada saat itu.

Pada Tahun 1887 Ratu Samban tertangkap Kolonial Belanda di daerah Napal Putih (Ketaun) lalu dibawa ke benteng Fort Marlborough. Namun,beberapa saat kemudian para serdadu Belanda lainnya melaporkan telah menangkap Ratu Samban dan pengawalnya, dan ini membuat Mardjati yang asli atau dikenal Ratu Samban dilepaskan.

pada tanggal 4 Desember 1888 kolonial Belanda mengetahui keberadaan Ratu Samban di Bintunan setelah berpindah-pindah dari Ketahun dan Lais, Atas sepak terjang Ratu Samban ini membuat Kolonial Belanda memuncak amarahnya.

Tahun 1889, Penjajah Belanda mengeluarkan maklumat ke seluruh negeri, “kami akan memberikan hadiah yang besar kepada siapa saja yang dapat menangkap Mardjati atau Ratu Samban”Ucap Penjajah Belanda.

Tepat Tanggal 24 Maret 1889 (Pada tengah malam) penjahat nomor wahid yang dicari-cari kolonial Belanda ini ditangkap, dan di eksekusi di atas rakit, sebagaimana dua pejabat Belanda dieksekusi oleh Ratu Samban. Ratu samban wafat menjalani hukum pancung dengan tangan terikat, dan dia dimakamkan oleh masyarakat Bengkulu di Desa Bintunan Kecamatan Batik Nau.

Ratu Samban adalah julukan gelar/adok yang diberikan kepada seorang Pesirah sekarang sama dengan kepala desa oleh masyarakat di Desa Marga Bintunan Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 1874.

Mardjati diberikan Tanda penghargaan dan penghormatan yang dinilai telah berhasil membela kepentingan rakyat, dan sekaligus telah berhasil membunuh dua orang penguasa kolonial Belanda yaitu Asisten Residen H.Van Amstel dan Kontroleur E.E.W Castens saat itu hendak menyeberang Sungai Bintunan, pada 2 September 1873

Setelah itu menjadi Pasirah karena dinilai telah berjasa melindungi masyarakat dari beban pajak (Raaden = Pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah Kolonial Belanda) sebesar 30.000 Golden. Hal ini berdasarkan ketentuan pemerintah kolonial Belanda, dan dari hasil pertemuan antara masyarakat dengan kontroleur Castens dan Asisten Residen H.Van Amstel di Batavia tahun 1872.

Pada tanggal 2 September 1873, dua pejabat penting Provinsi Bengkulu ini mengadakan inspeksi kewilayah perkebunan rakyat, yang terkenal banyak menghasilkan kopi, lada, kopra, emas dan batu mulya di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera, yaitu Lais, Bintunan, Ketahun.

Beban pajak ini Pula yang dirasakan Amat berat oleh Masyarakat, khususnya yang berada Resort Bintunan.

Pada saat ini nama Ratu Samban diabadikan sebagai salah satu kecamatan yang ada di Kota Bengkulu dan salah satu universitas yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara.

Akankah Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu mengusulkan Ratu Samban Menjadi Pahlawan Anak Negeri atau menjadi Pahlawan Nasional dari Provinsi Bengkulu.

Type above and press Enter to search.